Saturday 27 August 2016

konsep sabar dalam Islam.... (akhlak)

"Allah SWT tidak akan menguji seorang hamba yang mana dia tidak mampu mencari jalan keluarnya" (At-Thalaq:7). Penegasan penafsiran ini tentunya patut direnungkan, dipahami dan dipraktekan dakam kehidupan sehari-hari, agar kita menjadi umat yang taat beribadah kepada-Nya dan benar-benar istiqomah dalam menghadapi segala permasalahan yang ada di dunia ini. Konsep sabar sudah banyak dipraktekan oleh Rasulullah SAW beserta para sahabat dan pengikutnya, maka dari itu kita selaku umat Islam sudah sepatutnya sadar betul bahwa hanya orang-orang yang sabar dan istiqomah yang paling dicintai Allah SWT.
Kata sabar terdiri dari beberapa kosa kata yang meliliki perbedaan arti, yakni : saabir, mutasbbir, saboor dan sabbaar. Yang pertama, saabir adalah yang paling umum. Mutsabir adalah orang yang telah menerima kesabaran. Mutasabbir adalah orang yang memaksa seseorang "diri" itu (melawan segala rintangan). Saboor adalah salah satu kesabaran yang besar dibandingakan dengan orang lain. Yang terakhir adalah Sabbaar, Sabbaar memiliki arti salah satu yang memiliki kesabaran lebih besar dibanding kosa kata lainnya. Sedangkan dalam bahasa Arab "sabar" artinya berpegang teguh atau tercekik atau pasrah, pengertian ini telah ditegaskan Allah dalam Al-quran, yang berbunyi; "Dan bersabarlah kamu, bersama orang-orang yang menyeru Rabb-Nya di pagi dan senja hari, dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka, (karena) mengharapkan perhiasan kedhidupan dunia inidan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. 18:28). Berdasarkan ayat ini maka secara istilah sabar dapat diartikan sebagai cara untuk menahan diri dari kecemasan (Jaza) dan kemarahan (taskhkhut), untuk menahan lidah dari keluhan dan untuk manahan badan dalam melakukan perbuatan yang memalukan.
Dalam mendidik diri kita untuk menjadi orang yang bersabar, maka kita dapat menelusuri konsep sabar tersebut yang terbagi dalam tiga bagian; yang pertama kesabaran dalam menmatuhi Allah SWT yang dinamakan ketekunan, dan kesabaran untuk tidak berpaling dari Allah SWT, dan kesabaran terhadap ujian Allah. Dua pengertian dari yang pertama ini terkait dengan tindakan sukarela, dimana kita sebagai pengontrol (human kontrol), dan yang terakhir adalah berkaitan dengan apa-apa yang terjadi pada diri kita (yang berdasarkan keputusan Allah SWT) yakni, dimana kita tidak mempunyai pilihan. Contohnya dapat kita petik dari uraian Ibnu Taimiyah yang menjelaskan bahwa Nabi Yusuf AS telah memiliki kesabaran yang lebih tinggi ketika dia menolak godaan atau rayuan istri menteri yang tanpa ada pilihan daripada dibandingkan ketika saudara-saudaranya melemparkannya kedalam sumur dan memisahkannya dari ayahnya. Dalam kasus tersebut (Nabi Yusuf AS) tidak memiliki pilihan tapi kesabaran.
Kesabaran yang tidak memiliki pilihan dan hanya kegigihan yang dilandaskan ketaatannya pada Allah SWT yang berjuang melawan dirinya sendiri. /hal ini terjadi dalam diri Nabi Yusuf AS, karena ada faktor situasi yang sangat rumit yang menjadikan rumit baginya. Tidak hanya itu, Nabi Yusuf AS ketika itu masih muda dan penuh hasrat alami yang kuat, ditambah ia juga belum menikah sehingga tidak memiliki cara untuk melampiaskan dorongan tersebut, dan juga saat itu dia berada di tempat yang dangat asing baginya, tanpa kerabat atau teman yang mengingatkannya untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Selain itu dia adalah seorang budak dan dalam perbudakan Nabi Yusuf AS dikontrol dan dirayu mejikannya yang cantik, serta diming-imingi dakan mendapat derajat yang tinggi jika kehendak majikannya dipenuhi, dimana ketika itu suaminya sedang keluar.
Dan yang lebih kejinya lagi sang majikan berusaha mengancamnya dengan hukuman penjara dan penghinaan beserta fitnah jika Nabi Yusuf tidak mau menuruti kehenda majikannya. Namun terlapas dari faktor-faktor ini, Nabi Yusuf memiliki kesabaran yang tinggi dan akhirnya lebih memilih kehendak Allah SWT. Begitu dahsyatnya kesabaran yang dimilikinya dalam hal ini, jika dibandingkan dengan kesabaran ketika dia dimasukan kedalam sumur. Sungguh Nabi Yusuf AS saat itu tidak mempunyai pilihan?.
Pada uaraian yang lain, Ibnu Taimiyan juga menambahkan kesabaran dalam perbuatan kebenaran (Amar Ma'ruf) itu lebih tinggi nilainya daripada bersabar menghindari dosa. Perumpamaan ini juga dapat dikatakan penyakit yang datang karena kelemahan seseorang lebih baik daripada penyakit yang datang karena kesengajaan yang ditimbulkan suatu perbuatan.
Tingkat kesabaran dalam islam.
Kesabaran terbagi menjadi tiga macam, yakni; kesabaran oleh Allah (Billah), kesabaran untuk Allah (Lillah), dan kesabaran dengan Allah (Ma'allah). Billah yakni kesabaran yang semata-mata mengharapkan bantuan Allah SWT dan hanya dengan melihat Allah sebagai sumber kesabaran, hal ini disebabkan seorang hamba tidak berkuasa untuk menghadapi permasalahan dengan sendirinya dan hanya mengharapkan karunia Allah SWT. Hal ini ditegaskan Allah dalam firmannya: "Dan bersabarlah (wahai Muhammad terhadap perbuatan dan telatah golongan yang ingkar itu) dan tiadalah berhasil kesabaranmu melainkan dengan (memohon pertolongan) Allah dan janganlah engkau berdukacita terhadap kedengkilan mereka, dan janganlah engkau bersempit dada disebabkan tipu daya yang mereka lakukan" (Al-quran 16:127).
Kesabaran kedua adalah kesabaran hanya untuk Allah SWT, yakni kesabaran yang hanya mencari kesenangan dan keindahan dengan mendekatkan diri kepada Allah dan bukan untuk kesenangan yang lahir dari pujian atau penghargaan yang diberikan orang lain. Kesabaran yang terakhir adalah kesabaran yang terdiri dari usaha seorang hamba untuk benar-benar menjaga agama Allah dan kewajiban-kewajibannya, tekun di dalamnya, dapat menghidupkan agama Allah SWT. Seseorang dalam hal ini adalah benar harus mampu melawan hawa nafsu, dalam hal ini melepaskan segala sesuatu yang dicintainya semata-mata karena Allah SWT. Hal ini biasanya hanya mampu dikerjakan oleh orang-orang siddiqoon (orang-orang dari tingkat tertinggi dalam memcapai kebenaran dan kesetiaan kepada Allah SWT). Dalam kesabaran yang paling tinggi ini imam Al-Junaydi Rahimahullah berkata "kesabaran seperti ini adalah umpama manelan kepahitan tanpa mengerutkan kening." Dan dia (Al-Junaydi Rahimahullah) menambahkan, kesabaran seperti ini adalah ketahanan menahan bencana dengan sikap yang baik dan menikmatinya dengan kedamaian dan kebahagiaan.
Oleh: Ustd. Abdullah Marzuki R, S.HI.MA (Indah Mulya)

No comments:

Post a Comment

UNTUK RENUNGAN BERSAMA

  TAZKIRAH PAGI INI UNTUK RENUNGAN BERSAMA بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ , الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ ال...